Senin, 31 Agustus 2009

Decision Making: Tugas Kepemimpinan

Beberapa saat lagi kereta akan tiba di stasiun Semarang. Semua penumpang telah bersiap-siap dengan masing-masing barang bawaan. Panji menyapa kembali kenalan di sebelahnya yang kemudian ia ketahui bersama Farid. Sebagai teman perjalanan, mereka telah berbincang sejak berangkat dari stasiun Gambir, Jakarta. Keduanya lalu bertukar nomor telepon dan saling menanyakan melanjutkan ke kota tujuan.

Kereta tiba di Semarang. Ini adalah stasiun terakhir kereta Argo Muria, artinya semua penumpang akan turun disini untuk melanjutkan ke tempat tujuan masing-masing. Biasanya penumpang kereta ini punya tujuan beragam, ada yang memang mau ke Semarang, ke Salatiga, Kendal atau kota-kota lain di Jawa Tengah, seperti Kudus, yang menjadi tujuan Panji.

Keluar dari stasiun riuh rendah suara penjemput berbaur dengan para sopir yang menawari jasa sewa kendaraan. Panji sempat berdiri di pinggir halaman parkir sejenak. Ia masih berpikir akan melanjutkan perjalanan dengan apa? Naik bis biasa atau sewa mobil. Bisa juga pakai taksi, atau naik ojek ke terminal. Banyak pilihan. Ia tampak agak ragu untuk memutuskan.

Sementara masih bingung, Panji duduk di kursi tunggu stasiun. Satu persatu orang meninggalkan tempat itu. Ada yang dijemput keluarganya, ada yang naik taksi, ada yang ke jalan raya menunggu bis di luar stasiun, ada juga yang naik taksi bahkan ojek dan becak. Semua telah melanjutkan perjalanannya sesuai dengan pilihan masing-masing.

Stasiun telah mulai sepi. Panji berdiri. Ia tidak boleh bingung. Ia harus memutuskan untuk memilih ke mana melanjutkan perjalanannya.

Mitra profesional, mengambil keputusan adalah salah satu tugas yang menjadi tanggungjawab pemimpin. Seorang leader sering dihadapkan pada pilihan-pilihan, bisa jadi pilihan itu mudah untuk diputuskan, namun tidak jarang pula dihadapkan pada pilihan sulit. Dan untuk itulah ia harus mengambil sikap tegas, keputusan mana yang ia pilih untuk dijalankan.

Sebagian keputusan yang kita ambil merupakan campuran berbagai macam ingatan, gagasan, perasaan, dan fakta yang kadang-kadang saling bertentangan. Sehingga “sentuhan” intuitif itu memungkinkan kita membiarkan data intuisi itu melengkapi data lain yang akan kita gunakan untuk mengambil keputusan. Jadi keputusan bisa diambil dengan menggunakan rasio maupun intuisi.

Menurut Quinn Spitser dan Ron Evans, intuisi adalah analisa kilat dari fakta dengan menggunakan pengetahuan dan pengalaman sebagai filter. Dalam bisnis, memang dikenal adanya intuisi bisnis. Di dalamnya ada wawasan, pengalaman, mental, dan perasaan. Bagi mereka yang memiliki intuisi bisnis yang tajam, maka dia tidak hanya mampu mengandalkan perasaan, tapi ada juga wawasan yang luas, pengalaman banyak, dan mental yang dalam. Intuisi ada empat tingkatan, yaitu bisa muncul melalui fisik, emosi, mental, dan spiritual.

Banyak cara mengembangkan intuisi, di antaranya seperti yang dikembangkan oleh Robert K. Cooper, Phd, yaitu: terjun ke dalam pengalaman, kerahkan kemampuan sedikit lebih banyak, tetap terbuka terhadap segala kemungkinan, atasi rasa takut, kenali dan cari cara untuk mengatasi apapun yang menghalanginya. Selain itu Cooper juga menyarankan, supaya peluang penginderaan harus ke luar dunia binis, berikan perhatian ekstra kepada tanggapan pertama terhadap pertanyaan-pertanyaan, perhatikan bagaimana intuisi berkomunikasi dengan diri kita, luangkan waktu beberapa menit saja dalam sehari untuk catatan kecerdasan emosional, dan jangan lupa memperluas rasa percaya diri.

Bersikap ragu-ragu ketika membuat keputusan adalah satu hal yang bisa mengurangi ketegasan sikap kepemimpinan seseorang. Dengan dilatih sedari dini, hal ini justru bisa menjadi satu keterampilan yang dibutuhkan di setiap pemimpin.

Dari kerangka berpikir tersebut juga akan dihasilkan beberapa alternatif pengambilan keputusan dengan memikirkan kemungkinan baik-buruknya berikut konsekuensi yang akan dijalani nantinya. Sebaiknya, sertailah argumen yang akurat dan tepat sebagai latar belakang dari setiap alternatif keputusan. Biasanya, sebuah keputusan akan mendapatkan berbagai respons dari teman sekerja atau anak buah. Apabila memiliki argumen yang kuat, tentu keputusan seseorang bisa diterima.

Selain itu, akan lebih bijaksana bila seorang pemimpin membuat tenggat waktu sendiri kapan harus menjatuhkan pilihan dari beberapa alternatif yang ada. Dengan demikian, ia pun tidak terlalu lama berkutat dalam mencari alternatif dan pedoman lain dalam membuat keputusan. Membuat keputusan yang tepat di waktu yang dibutuhkan adalah kunci utamanya. Patut diketahui, hal ini juga menjadi faktor pendukung bagi kesuksesan karir di kemudian hari serta memberi nilai lebih bagi seorang pemimpin seperti Anda.

Panji segera bergegas ke jalan raya, memberhentikan bis dan melanjutkan perjalanannya. Sekarang ia telah mengambil keputusan itu. [js]
Read More......